Jumat, 18 November 2011

MENGEMBALIKAN WUJUD KEINTELEKTUALAN DIRI KADER HMI DEMI MEWUJUDKAN LAHIRNYA INTELEKTUAL-INTELEKTUAL MUSLIM

TINJAUAN MASALAH
A.Latar Belakang
Dengan nama Allah Yang Maha pengasih Maha Penyayang. Berjalannya waktu dan berkembangnya zaman yang beralih ke masa globalisasi sangat besar perubahan yang terjadi, namun perubahan tersebut bukan ke arah yang lebih baik, realitanya keadaan pelajar indonesia sudah mampu menciptakan sebuah teknologi, namun yang terjadi kemampuan tersebut tidak dikembangkan dengan baik, malahan seorang sarjana teknik mesin banyak yang menjadi pegawai Bank. Kemunduran seperti ini terjadi pada kaum intelektual yang sangat berdampak pada kelangsungan negara ini. Begitu banyak  permasalahan dan konflik yang hilang begitu saja ditutupi oleh munculnya permasalahan dan konflik baru di mana sampai saat ini masalah aktivis yang hilang belum juga selesai, malah masalhnya terkesan ditutup-tutupi. Masalah korupsi yang tercatat sejumlah 305 kasus hanya 47 kasus yang terselesaikan, apa lagi masalh umat beragama yang sampai saat ini masih terus berlanjut.
Pada saat tidak ada lagi pemimpin negara yang berusaha menyelesaikan masalah. Mahasiswa sebagai agen of change lah harapan bangsa, insan terdidik, kritis, dan berwawasan yang relatif lama berproses  dalam dunia pendidikan. Mahasiswa memiliki peran dan posisi strategis dalam perspektif kehidupan berbangsa dan bernegara yang mampu membuat perubahan dan mengarahkan bangsa dan negara ke arah yang lebih baik.
Pada saat sekarang potensi yang dimiliki mahasiswa tidak lagi dimanfaatkan kepada bangsa ini. ketakutan mengolah pemikiran mejadi sebuah ideologi, menurunnya intelektual, dan tidak menariknya wadah-wadah yang mengeksplor kemampuan dan peran mahasiswa menjadi penyebabnya. Sehingga mahasiswa menjadi followers yang tidak begitu bermanfaat bagi individu mereka apalagi untuk bangsa, negara dan masyarakat, tercermin dalam rutinitas mahasiswa saat ini yang kesehariannya beraktifitas hedonis, seperti mahasiswa yang mengobati kejenuhanya dengan mencari hiburan seperti dugem.
Degradasi Himpunan Mahasiswa Islam (HmI) sebagai salah satu organisasi mahasiswa tidak lagi menarik di mata mahasiswa-mahasiswi saat ini. Dapat dilihat dari jumlah perekrutan dari tahun ke tahun. HmI belum menjawab tantangan zaman, saat ini HmI masih meneruskan perputaran yang dijalankan kader-kader terdahulu melupakan perubahan zaman di mana mahasiswa saat ini lebih berfikir pragmatis jika tidak ada hal yang kongkrit diterimanya maka mereka tidak akan pernah mau mengkutinya. Kader-kader terdahulu sadar akan meningkatkan kualitasnya, sehingga tidak perlu membuat aktivitas yang memberikan stimulus dengan intens. Jiaka dilihat keadaan sekarang kesadaran tersebut sudah sangat-sangat menurun dalam setiap diri kader, maka kegitan yang memberi stimulus untuk meningkatkan kualitas kader harus lebih intens jika kader-kader dulu diskusi bersama satu kali seminggu, maka saat ini harus tiga kali seminggu.
Bermasalahnya  ketertarikan mahasiswa untuk menjadi kader HMI, akan berdampak pada menurunnya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam. Poin yang terdapat pada insan cita tersebut, bagian dari intelektual. Keadaan saat ini, Intelektual sendiri mengalami kemundurun. Budaya diskusi, mebaca, dan pembedahan bukunya sudah tidak lagi menjadi aktivitas yang utama. Sehingga modal dalam meningkatkan intelektual sangat minim ditingkatkan dan dieksplor oleh kader HmI.






















B.Rumusan Masalah
Seharusnya HmI telah tumbuh dewasa dan matang sebagai sebuah organisasi kemahasiswaan yang bertanggung jawab atas terwujud masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Bukan malah kehilangan progresifitas ditengah terjadinya degradasi kaum intelektual muslim yang di butuhkan oleh bangsa ini. HmI yang belum mampu menjawab tantangan zaman, dengan kondisi mahasiswa di zaman ini yang tidak begitu berminat untuk berhimpun di HmI dan mahasiswa yang berfikir pragmatis, megakibatkan sulitnya HmI untuk melahirkan intelektuat-intelektual muslim, yang mana bagian dari modal mewujudkan insan cita dan juga akan diteruskan menjadi masyarakat cita.
Minimnya minat kader dalam meningkatkan kualiatas diri akan pengetahuan dan wawasan, mengharuskan HmI mengembalikan wujud keintelektualan diri kadernya, untuk memunculkan semangat kader HmI dalam aktivitas yang meningkatkan  wawasan dan pengetahuan, agar HmI kembali melahirkan intelektual-intelektual muslim.

PEMBAHASAN
A.Pengukuhan Pribadi Insan Akademis
          Hubungan individu dan maysarakat sebenarnya sangat jelas diatur di dalam konstitusi HmI seperti yang termuat di dalam Anggaran Dasar pasal 4 yang berbunyi, “terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT”. Dari tujuan inilah dirumuskan kualitas insan cita dan masyarakat cita menurut HmI. Insan akademis menjadi kualitas pertama, maknanya ia harus berpendidikan tinggi, berpengetahuan luas, mampu berfikir rasional dan kristis. Ia mempunyai kemampuan teoritis dan mampu memformulasikan apa yang di ketahui dan di rasakan.
          Kualitas insan akedemis ini lah yang mengalami kemunduran di zaman sekarang, dan ini pula yang menyebabkan HmI itu tidak menarik lagi, sebab melamahnya pengakuan masyarakat dan mahasiswa-mahasiswa terhadap kader-kader HmI atas kualitasnya saat ini, baik dilihat dari segi pengetahuan, cara berfikir yang belum rasional dan kristis, apa lagi jika menyinggung kemampuan memformulasi.
         Pengukuhan kualitas insan cita pada setiap diri kader HmI, akan menjadi modal besar, di saat HmI melakukan perekrutan. Hal yang sangat perlu di perhatikan bagai mana kualitas kader-kader HmI dalam perkuliahan, sebab mahasiswa saat ini memiliki target menyelesaikan kuliah dengan waktu yang relatif singkat, kader-kader HmI sendiri harus mampu menjawab tantangan tersebut, dimana kader-kader HmI harus memiliki kualitas yang baik dalam perkuliahan dan mampu tamat secepat mungkin. Mahasiswapun pasti dapat melihat apa perbedaan HmI dengan organisasi mahasiswa yang lainnya, sehingga mahasiswa yang tidak pernah berminat berorganisasi, akan tertarik untuk berhimpun di HmI.

Dengan begitu baiknya HmI secara kuantitas, maka akan mempermudah HmI dalam proses penyelektifan anggota untuk menjadi kader yang sadar intelektual sehinga kader HmI dapat menjadi wujud dari intelektual muslim. Lagi pula makna kader dalam kontitusi HmI adalah anggota-anggota HmI yang sadar akan terus meningkatkan kualitas dirinya.  Antara kualitas dan kuantitas akan saling mendukung untuk menciptakan intelektual muslim dan muslim yang intelektual.

B.Tuntutan Berfikir dalam Islam
       Kemampuan tafakkur  menjadi salah satu ciri paling penting, bukan hanya membedakan manusia dengan makhluk lain, tetapi juga  memenuhi syarat untuk melaksanakan peran penting sebagai pembangun peradaban dan pembawa misi. Tafakkur adalah istilah arab untuk berfikir, tafakkur menjembatani persepsi dan konsepsi dari kehidupan dunia ini ke akhirat dari makhluk ke penciptanya, Allah SWT. Tafakkur dapat memotivasi aktivitas eksternal dan internal.
         Berfikir menjadi landasan dan modal utama untuk membangkitkan bibit-bibit intelektual, serta memacu semangat untuk terus mau berlomba menyerap ilmu pengetahuan yang dapat memberikan penyelesaian masalah.
        Berfikir dalam islam adalah salah satu aktivitas yang selalu di tekankan dalam kehidupan, agar mampu menemukan suatu kebenaran. Dalam sebuah pilihan jalan kehidupan untuk setiap umat dan hambanya, ada beberapa bahasa dari Al-Quran yang sering mengacu pada pemahan atas berfikir seperti:
1.    Nazhar (Memperhitungkan, Memikirkan, Memerhatikan)
2.    Tabashshur (Memahami)
3.    Tadabbur (Merenungkan)
4.    Tafaqquh (Memahami sepenuhnya, Sungguh-sungguh mengerti)
5.    Tadzakkur (Mencamkan dalam Fikiran atau Hati)
6.    I’tibar (Belajar memahami atau memetik pelajaran)
7.    Ta’aqqul (Menggunakan pikiran dengan benar)
Dari kata-kata yang ada di atas, tertuliskan dalam (Q.S.Yunus [10]:101) “Perhatikanlah yang ada di langit dan di bumi.” (Q.S.Al-Baqarah [2]: 221) “Dan Dia menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka mencamkan dalam pikiran.” Ada juga penegasan bahwa di saat berfikirpun harus dengan benar. “lalu apakah mereka tidak pernah melakukan perjalanan di muka bumi agar mereka menemukan kebijaksanaan dan menyebabkan telinga mereka mendengar.” (Q.S.Al-hajj [22]: 46)
Meredupnya intelektual dari HmI di sadari sejak 50 tahun umur HmI, punahnya tuntutan berfikir dari diri kader HmI berdampak pada hilangnya ketertarikan dengan suasana intelectual exercises dalam forum diskusi.
Mengembalikan tuntutan berfikir dalam setiap diri kader akan memberikan stimulus dalam pengaktifkan saraf-saraf yang mampu memulihkan semangat untuk menanggapi problematika dan dinamika yang berlangsung, sehingga dalam menanggapi dan menyikapinya akan menimbulkan sebuah forum diskusi yang menampung berbagai macam pemikiran-pemikiran yang dapat di kristalisasi bersama.

C.Ilmu Pengetahuan Bekal Mencari Kebenaran
     Untuk menjadi seorang kader berintelektual, perlu memiliki bekal untuk terjun ke masyarakat luas, agar tidak dengan mudah dapat di kalahkan oleh musuh-musuh yang senantiasa menentang. Seorang intelektual tidak mungkin dapat mengimplementasikan pemikiran-pemikirannya dalam kehidupan sehari-hari tanpa memiliki ilmu pengetahuan, sebab tanpa ilmu pengetahuan akan sulit untuk merasionalisasikan pemikiran-pemikirannya. Seperti yang diutarakan oleh Tsun zhu ‘kenali dirimu, kenali musuhmu, kenali lingkunganmu, maka kemenangan ada di tanganmu.
       Disaat sumberdaya alam yang begitu melimpah ruah, tidak mungkin termanfaatkan secara maksimal tanpa menggunakan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah alat manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran-kebenaran dalam hidupnya sekalipun kebenaran itu sangat relatif. Namun mau tidak mau proses harus dilalui manusia dengan sungguh-sungguh sebagai alat untuk menuju kebenaran mutlak
         Memang benar dengan ilmu pengetahuan kita dapat memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah ruah, namun jika dikatakan ilmu pengetahuan adalah alat manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran saya sangat tidak setuju, perannya sebagai alat belum menumukan fungsionalnya dalam aktivitas yang sering di jalani. Disaat seorang mahasiswa ekonomi ingin mencari tau kebenaran akan isu yang mengatakan bahwa bank yang membawa embel-embel Sya’riah saat ini belum sepenuhnya menganut sistem ekonomi Islam, maka seharusnya mahasiswa tersebut harus memiliki ilmu pengetahuan tentang sistem ekonomi Islam, agar mahasiswa tersebut dapat membandingkan antara sistem yang digunakan bank tersebut dengan pengetahuannya akan sistem ekonomi islam. Disini lebih terlihat bahwa ilmu pengetahuan menjadi bekal untuk mencari kebenaran bukan terlihat sebagai alat.
       Dengan melimpahnya ilmu pengetahuan sebagai bekal yang dimiliki seorang kader, maka peluang yang dimilikinya untuk dapat eksis menjadi intelektual yang memiliki landasan acuan-acuan pemikiran terhadap kehidupan masyarakat yang membutuhkan teladan dan panduan dalam menjalani kehidupan ini semakin besar. Dengan ilmu pengetahuan yang menjadi bekal untuk mencari sebuah kebenaran, semestinya kader-kader HmI sadar akan pentingnya meningkatkan ilmu pengetahuan, agar kader tersebut mampu menjadi intelektual yang dinanti-nanti kelahirannya.

D.Keberanian dan Kebebasan Berfikir
        Mengubah kultur ketakutan masyarakat merupakan sebuah pekerjaan paling berat, problem yang menghambat seseorang berfikir kritis adalah adanya rasa takut. Rasa takut harus di bongkar ke akar-akarnya, agar dapat membangun sistem yang dinamis, merdeka, jujur terhadap sesama dan membentuk karakter yang kritis.
Pada saat ini HmI masih memiliki kader-kader yang berpotensi dan mampu menjadi kaum intelektual muslim. Hilangnya budaya baca dan diskusi, membuat keberanian dan kebebasan berfikir kader-kader HmI menjadi terkurung dan tidak bebas untuk mengembangkanya. Berfikir kritis dipicu oleh keberanian diri dalam mengelola input yang terus masuk. Berani meberi pandangan yang berbeda, mengembang luaskan hasil dari pemikiran hingga mampu mengaplikasikannya ke dunia nyata.
Dari perkembangan pemikiran-pemikiran baru keislaman yang terus muncul di luar HmI, membuat HmI semakin mengalami kemunduran, tradisi intelektual HmI Mengalami kemerosotan. Kebebasan berfikir sangat terbuka, pemikiran itu sangat universal, siapapun dapat mengkaji, mengkritik dan mengembangkannya.
Bebas untuk berfikir, merangkum dari segala perspektif yang muncul, mengamati dari bebagai sudut pandang baik positif maupun negatif, dan berani berada pada titik ekstrim yang mampu melawan hal-hal salah dan juga berani tunduk pada sebuah kebenaran.
E.Ideologi Sebagai Pemikiran yang Diperjuangkan
       Ideologi menjadi sebuah kata yang melekat pada kaum intelektual, ideologi juga menjadi bagian dari diri intelektual, istilah ideologi yang dibentuk oleh kata ideo dan logi, ideo berarti pemikiran, khayalan, konsep dan keyakinan, sedangkan logi berarti logika, ilmu, atau pengetahuan.
Ideology bedasarkan bahasa Yunani dan merupakan gabungan dari dua kata yaitu edios yang artinya gagasan atau konsep dan logos yang berarti ilmu. Pengertian ideology secara umum adalah sekumpulan ide, gagasan, keyakinan dan kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis. Dalam arti luas, ideology adalah pedoman normative yang dipakai oleh seluruh kelompok sebagai dasar cita-cita, nila dasar dan keyakinan yang dijunjung tinggi.
Ideologi adalah sebuah kata  yang muncul dari pemikiran dan semangat hidup di antara manusia, terutama diantara kaum muda dan khususnya di antara cedikiawan atau intelektual dalam suatu msyarakat.
         Tahapan berfikir menciptakan deologi  ada tiga yaitu :
  • Pertama, cara kita melihat dan manangkap alam semesta, eksistensi, dan manusia.
  • Kedua, terdiri cara khusus dalam kita memahami dan menilai semua benda dan gagasan atau ide-ide yang membentuk lingkungan sosial dan mental kita.
  • Ketiga, mencakup usulan-usulan, metode-metode, sebagai pendekatan dan keinginan-keinginan yang kita manfaatkan untuk mengubah status quo yang membuat kita tidak puas.
Pemahaman secara bahasa menjelaskan bahwa ideologi berisi sebuah pemikiran yang membentuk sebuah konsep, dari ilmu pengetahuan, lalu tahap berfikir ketiga Ali Shariati  menjelaskan tahapan tersebut sebagai tahap mebentuk semangat hidup untuk memperjuangkan pemikiran yng menjadi konsep dari ilmu pengetahuan.
Dengan pemahaman bahwa ideologi sebagai pemikiran dan konsep yang diperjuangkan, maka kader-kader HmI dapat mengerti keistimewaan  dari kaum intelektual serta apa saja yang membedakannya dengan orang-orang yang berfikir untuk dirinya sendiri, di saat orang-orang pemikir hanya sebatas berfikir untuk kemajuan dirinya sendiri kaum intelektual mampu berfikir untuk menemukan sebuah konsep,ide-ide, solusi untuk masyarakat dan umat serta memperjuangkannya untuk mencapai kondisi tanpa merugikan siapapun dengan pemikiran-pemikirannya yang universal.

F.Islam dan Intelektual
    Islam sepanjang sejarah peradabannya telah memberi kontribusi  positif dalam perjalanan ilmu itu sendiri, ada yang patut dicontoh untuk membangkitkan intelektual muslim pada saat ini,  pada saat abad pertengahan sains Islam sangat maju.
         Ada delapan faktor yang membuatnya sangat maju, Yaitu :
  • Pertama, peran kesadaran religius sebagai daya dorong untuk menuntut sains dan teknogi
  • Kedua, ketaatan pada syari’ah mengilhami studi atas berbagai ilmu.
  • Ketiga, kelahiran dan kebangkitan gerakan penerjemahan besar-besaran yang bertahan selama beberapa abad.
  • Keempat, suburnya filsafat yang ditunjukkan pada pengajaran, kemajuan dan pengembangan ilmu.
  • Kelima, luasnya santunan bagi aktivitas sains dan teknologi oleh para penguasa dan wazir.
  • Keenam, adanya iklim intelektual yang sehat sebagai mana yang diilustrasikan fakta sejarah.
  • Ketujuh, peran penting yang dimainkan oleh lembaga-lembaga pendidikan dan ilmiah, terutama dengan adanya universitas-universitas.
  • Kedelapan, keseimbangan yang dicapai oleh perspektif-perspektif intelektual islam yang utama.
Tibalah saatnya untuk mendiskusikan umat islam terhadap ilmu pada masa sekarang ini. Sains menempati posisi paling lemah di dunia islam, dominasi ortodoksi agama dan semangat intoleransi yang menguat di dalam masyarakat islam merupakan faktor utama yang bertanggung jawab atas musnahnya lembaga ilmu pengetahuan yang pernah jaya dalam islam.
Umat Islam saat ini harus menghidupkan etos intelektual untuk menguasai ilmu pengetahuan dan memperjuangkannya. Ada tiga faktor perlunya ilmu pengetahuan bagi umat islam. Pertama, pengetahuan dari suatu ilmu merupakan persyaratan pencapaian tujuan-tujuan islam sebagai mana dipandang oleh syari’ah, maka mencarinya menjadi sebuah kewajiban. Kedua, masyarakat yang dikehendaki oleh Al-Qur’an adalah masyarakat yang agung dan mulia, bukan masyarakat yang takluk dan bergantung pada orang-orang kafir. Ketiga, Al-Qur’an Menyuruh umat islam untuk mempelajari ilmu pengetahuan, penciptaan alam, keajaiban-keajaiban alam, agar umat islam mampu merekayasa dunia ini sesuai dengan kehendak Allah.
Dari fakta faktor-faktor di atas HmI seharusnya sudah bisa meberikan stimulus atau rangsangan pada kader-kader HmI, agar mampu dan berani berdiri di garda terdepan dalam mengusung ilmu dan menjadi seorang intelektual muslim sehingga HmI dapat kembali melahir kembali Intelektual-intelektual HmI.

PENUTUP
A.Kesimpulan
       Dari pembahasan isi makalah ini dapat di simpulkan bahwa point-point yang di paparkan dan dibahas, mampu dimanfaatkan untuk mengembalikan wujud keintelektualan diri kader HmI demi mewujudkan lahirnya Intelektual-intelektual muslim :
  • Dengan pengukuhan pribadi insan akademis pada setiap kader HmI, seharusnya dapa menjadikan HmI wadah yang terlihat sebagai tempat mahasiswa dapat meningkatkan ilmu pengetahuan, dan wawasannya baik untuk kuliah maupun diluar perkuliahan, agar ketertarikan mahasiswa-mahasiswa untuk ikut besama-sama meningkatkan kualitas diri akan menyeimbangkan antara kuantitas dan kualitas Intelektual.
  • Berfikir menjadi salah satu aktivitas yang dimiliki kaum intelektuak, juga sudah di tekankan dalam Islam. Tuntan berfikir menjadi pengamalan bagi kader-kader HmI
  • Ilmu pengetahuan menjadi hal yang paling dibutuhkan. Besarnya ilmu pengetahuan seorang kader memberikan stimulus dalam proses pembentukan intelektualnya, yang mana ilmu pengetahuan bekal untuk mencari kebenaran yang mutlak.
  • Untuk dapat memunculkan pemikiran-pemikiran baru terletak pada kebebasan berfikir, yang memiliki perspektif yang luas. Kebebasanpun harus di dorong oleh keberanian melawan yang salah, dan berani tunduk jika kebenarannya datang.
  • Dengan pemikiran-pemikiran kader HmI yang menciptakan konsep untuk diperjuangkan kader-kader HmI mampu membawa Ideologi yang dapat mendatangkan sebuah perubahan untuk kebaikan nantinya.
  • Dalam islam intelektual telah memberi kontibusi yang positif pada perkembangan ilmu, namun keadaan yang semakin mundur pada saat sekarang HmI harus mampu mengembalikan etos intelektual kedalam dirinya, sehingga HmI kembali ke khitahnya sebagai Harapan Masyarakat Indonesia dimana dibuktikan dengan lahirnya Intelektual-intelektual muslim dari HmI.
A.Saran
  • HmI harus kembali menanamkan nilai-nilai agama yang menuntut kader-kadernya meningkatkan akademis, sebagai langkah awal untuk menjadi intelektual.
  • Waktu untuk terus mengeksplor kemampuan meningkatkan intelektual masih banyak dan tidak ada yang tidak mungkin, karna islam sudah pernah membentuknya di masa lalu, kita hanya perlu mengulangnya kembali.
  • Komisariat menjadi tempat berjuang, dalam lingkup perkrutan dan pembinaan, sudah harus memiliki kegiata-kegiata seperti diskusi, bedah buku, serta mewajibkan membaca buku yang akan di tindak lanjuti nantinya dengan intens,  yang meningkatkan perkuliahan, kualiatas wawasan dan ilmu pengetahauan anggota dan kadenya, dan sudah dapat menghasilkan tulisan-tulisan dari segala jenis ilmu pengetahuan yang dimiliki sebagai bentuk nyata, perkembangan dan progres yang dimiliki anggota dan kader HmI.
  • Tingkat cabang seharusnya memperjelas fungsinya sebakai bagian dari pengkaderan, maka dari itu cabang harus mampu mewadahi dan memfasilitasi forum-forum diskusi sistematis yang mengkutsertakan seluruh komisariat sekawasan.
  • Pengurus Besar HmI menurt saya sudah bisa memperjuangkan nilai nilai pemikiran-pimikiran dari intelektual muslim yang lahir dari HmI nantinya.
  • Teruslah berusaha dan berjuang jangan pernah berhenti, jadikan intelektual menjadi karakter HmI kembali, berhentilah di saat dipisahkan dengan dunia.
(Krisna Savindo, HMI FE USU)

3 komentar:

  1. berarti dengan adanya acuan seperti ini
    kita tinggal tunggu tulisan2 kader2 hmi fe usu

    BalasHapus
  2. SALAM SUKSES..
    YAKUZA

    BY HMI KOMISARIAT ICHSAN (STMIK ICHSAN GORONTALO)

    BalasHapus