Senin, 30 September 2013

Memperingati 48 Tahun Peristiwa Gerakan 30 September 1965/PKI


“Pantaskah PKI Diampuni?”, Ada seorang ahli sejarah yang sempat meneliti tentang kejadian yang menimpa bangsa kita di tahun 1965, mengatakan bahwa PKI merupakan dalang tunggal di balik pemberontakan keji terhadap keutuhan Pancasila. Gerakan 30 September (dahulu juga disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI), Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa yang terjadi selewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober 1965 di mana enam perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha percobaan kudeta yang kemudian dituduhkan kepada anggota Partai Komunis Indonesia. Pada 1 Oktober 1965 dini hari, enam jenderal senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana (Cakrabirawa) yang dianggap loyal kepada PKI dan pada saat itu dipimpin oleh Letkol. Untung. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto kemudian mengadakan penumpasan terhadap gerakan tersebut.

Soeharto adalah seorang prajurit TNI berpangkat cukup tinggi dan juga memegang salah satu jabatan penting dalam jajaran TNI sebagai Panglima Komando Strategi Angkatan Darat (Kostrad). Pada masa kepemimpinan Ir. Soekarno, Soeharto adalah seorang perwira tinggi yang tidak terlalu diperhitungkan. Itu juga menjadi penyebab tidak terteranya nama Soeharto dalam daftar 7 jendral yang menjadi target pembunuhan dalam pemberontakan PKI. 7 Jendral yang menjadi target operasi PKI:
Jendral TNI Anumerta Ahmad Yani, Letjen TNI Anumerta MT Haryono, Letjen TNI Anumerta S Parman, Letjen TNI Anumerta Suprapto, Mayjen TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo, Mayjen TNI Anumerta DI Panjaitan, Kapten Czi Anumerta Pierre Tendean.
 
Suasana negara saat itu benar-benar memburuk. Negara yang masih muda ini serasa berasa di titik paling bawah dari keterpurukannya. Perekonomian anjlok, harga bahan pangan menjulang, bahan pangan susah didapat dimana-mana, kerusuhan pecah di seluruh wilayah negeri ini. Beberapa elemen masyarakat melakukan aksi yang berbuntut dengan dicetuskannya Tritura (Tri Tuntutan Rakyat). Isi Tritura adalah:

1. Bubarkan PKI
2. Turunkan Harga
3. Bersihkan kabinet dari unsur-unsur G 30 S PKI

Aksi beberapa elemen masyarakat ini di awali dengan aksi yang digelar oleh mahasiswa yang menamakan dirinya Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang salah satu pendirinya adalah Akbar Tanjung (Presidium PB HMI). Di pelopori oleh organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), gerakan mahasiswa ini juga diikuti oleh elemen masyarakat lain seperti Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), dan lain-lain.Aksi-aksi inilah yang kemudian memicu pecahnya revolusi di negara ini. Semakin lama situasi negara semakin memburuk. Peranan HMI dapat dikatakan sangat besar dalam demonstrasi mahasiswa yang terjadi pasca-G30S/PKI. Hal ini disebabkan, karena HMI memegang seluruh pimpinan Dewan Mahasiswa di hampir seluruh perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Semua itu, sebagai akibat titik balik G30S/PKI, di mana HMI menjadi sasaran politik CGMI/PKI.
 
HMI sebagai sebuah organisasi mahasiswa islam dengan tegas menolak ideologi komunis yang bertolak belakang dengan semangat pancasila, terutama sila pertama. HMI menolak ideologi yang menentang adanya ketuhanan.  Hal ini yang mendorong HMI sangat mendukung pembubaran PKI itu sendiri. Sesungguhnya secara konsepsional maupun politis, PKI juga menghadapi berbagai kendala dalam melaksanakan manuver-manuvernya. PKI menuntut terhadap pembubaran HMI, yang ternyata juga tidak berhasil. Pada tanggal 29 September 1965, satu hari sebelum G30S/PKI, di forum Kongres CGMI (Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia, organisasi mahasiswa di bawah PKI), Ketua CC PKI DN Aidit mendesak Bung Karno untuk membubarkan HMI. Tetapi, baik Wakil Perdana Menteri Leimena maupun Bung Karno tidak bergeming menghadapi tuntutan DN Aidit dan CGMI. Bung Karno, bahkan mengatakan, bahwa CGMI pun akan dibubarkan, seandainya CGMI juga kontrarevolusi.

Kemarin 30 September, lantas hari ini? 
    Kalau hari ini anda menjawab hari selasa tanggal 1 Oktober 2013, anda benar dan sama sekali tidak salah. Namun mungkin anda lupa bahwa 48 tahun yang lalu terjadi tragedi yang melukai ideologi kita dalam berbangsa dan bernegara. Ya, 48 tahun yang lalu 7 Jenderal besar Indonesia gugur dalam upaya menegak kan ideologi bangsa yang kita sebut Pancasila. Ya, hari ini kita memperingati 48 tahun Hari Kesaktian Pancasila. Sebuah hari yang mungkin tidak anda rayakan dengan lomba balap karung ataupun makan kerupuk di lapangan. Namun sebenarnya, hari kesaktian Pancasila tidak kalah penting nya untuk diperingati seperti hari-hari besar lainnya di negara ini. Ingatlah bahwa kita berhutang pada sejarah yang membuat kita dapat tetap menjalankan keyakinan kita dengan sepenuh hati dan tanpa halangan suatu apapun. Hari ini, mari kita tundukkan kepala sejenak untuk mendoakan para pahlawan yang telah berkorban nyawa demi tegak nya Pancasila di bumi pertiwi.
 
“HMI tidak akan saya bubarkan, karna HMI adalah Organisasi pergerakan Mahasiswa yang progresif revolusioner ‘go ahead HMI’ ” – Ir. Soekarno

By: Arief Rahman Hakim
Manajemen 2012
PTKP HMI FE USU

1 komentar:

  1. Bagus sekali usaha adinda untuk menulis. Saran saya, sebaiknya dicantumkaan sumber-sumber bacaan dalam menulis postingan ini karena sejarah gerakan 30 September itu sendiri terdiri dari banyak versi. Semoga usaha untuk menulis menjadi budaya di komisariat kita. Ditunggu postingan-postingan lainnya ya :)
    YUS!

    BalasHapus