Senin, 07 Oktober 2013

68 Tahun Berdirinya TNI (Masihkah Disegani?)

Pada tanggal 23 Agustus 1945, presiden Soekarno mengumumkan pembentukan BKR (Badan Keamanan Rakyat). Dalam pidatonya Presiden Soekarno mengajak pemuda-pemuda bekas PETA, Heiho, Kaigun Heiho, dan pemuda-pemuda lainnya untuk sementara waktu bekerja dalam bentuk BKR dan bersiap-siap untuk dipanggil menjadi prajurit tentara kebangsaan jika telah datang saatnya. Menyerahnya Jepang kepada tentara sekutu menyebabkan kedatangan tentara Inggris ke Indonesia yang dimanfaatkan oleh tentara Belanda untuk kembali ke Indonesia. Situasi ini menjadi mulai tidak aman. Oleh karena itu pada tanggal 5 Oktober 1945, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan maklumat pembentukan tentara kebangsaan yang diberi nama Tentara Keamanan Rakyat. Untuk memperluas fungsi ketentaraan dalam mempertahankan kemerdekaan dan menjaga keamanan rakyat Indonesia, maka pada tanggal 7 Januari 1946 pemerintah mengeluarkan Penetapan Pemerintah No.2/SD 1946 yang mengganti nama Tentara Keamanan Rakyat menjadi Tentara Keselamatan Rakyat. Pada tanggal 3 Juni 1947 Presiden Soekarno meresmikan penyatuan TRI dengan laskar-laskar perjuangan menjadi satu wadah tentara nasional dengan nama Tentara Nasional Indonesia. (sumber : Sejarah Tentara Nasional Indonesia - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).
Nah, demikian panjangnya sejarah berdirinya tentara Nasional kita. Sejarah berdirinya memang tidak lepas dari perjuangan rakyat Indonesia dalam usaha mengusir penjajah. TNI dalam hal ini adalah organisasi dimana perjuangan-perjuangan tersebut dapat terorganisir dengan baik. Namun, TNI kita sejak zaman kemerdeaan tidak lepas dari berbagai kontroversi. Mulai dari usaha kudeta (pemberontakan PKI yang melibatkan oknum TNI-AU), sejumlah pelanggaran HAM berat, embargo senjata oleh pihak Asing, dan sebagainya hingga menyebabkan turunnya wibawa TNI itu sendiri.

Terlepas dari semua kekurangan nya, sesungguhnya kita berhutang besar kepada para ‘barisan berani mati’ ini. Sampai saat ini, banyak yang meng-stigma negatifkan TNI, terutama di zama orde baru dengan menyebut mereka kejam lah, sampah lah, alat pemerintah menjalankan kediktatoran nya lah, pelanggar HAM lah, dan sebagainya. Namun, saya kembalikan pertanyaan nya : Dimana HAM ketika aparat (terutama TNI) ketika sesungguh nya hak-hak kemanusiaan mereka di langgar? Kemana HAM, ketika personil TNI di berondong senjata di Papua ketika menjalankan misi mengawal bantuan untuk korban bencana alam? Atau mungkin saat itu HAM sedang minum kopi di Ulee Kareng?.
Semua teriak HAM ketika ada penganiayaan terhadap rakyat sipil yang dilakukan oknum TNI, namun tidak pernah sebaliknya. Saya menngajak kiita semua untuk melihat TNI dari sisi objektif, bukan subjektif apalagi hanya dilihat dari segelintir oknum nya saja. TNI bukan untuk di caci, tapi untuk dihormati. TNI bukan untuk ditakuti, tapi disegani. TNI bukan untuk dipolitisasi, namun sebagai pengayom dan pelindung masyarakat.
Apakah anda sedikit perhatikan ketika bencana alam terjadi, atau kejadian-kejadian besar lainnya, bahwa begitu besar peran TNI dalam membantu para korban. Taukah anda bahwa ada 17.666 pulau di Indonesia yang hampir semua sisi nya berusaha dijaga oleh TNI?.
HMI sebagai salah saatu organisasi mahasiswa tertua, memiliki sejarah cukup panjang dengan TNI, terutama ketika ada percobaan gerakan pemberontakan PKI. HMI yang yang juga menjunjung tinggi pancasila bahu-membahu bersama TNI untuk menumpas gerakan komunis ini. Usaha pembubaran HMI yang dilakukan pihak PKI nyatanya mendapat pembelaan dari Jendral Sudirman.
Sudah saatnya HMI kembali bahu-membahu dengan para stakeholders negara ini dalam upaya menegakkan kebenaran. Sejarah panjang HMI dengan TNI telah menunjukkan, dengan saling bahu-membahu ancaman yang membahayakan ideologi bangsa pun dapat kita tumpas. Seperti yang disampaikan Jenderal Sudirman : “HMI adalah Harapan Masyarakat Indonesia. Bergembira jugalah senantiasa dalam bekerja dan berjuang. Yakin usaha sampai” .
Akhirnya, selamat ulang tahun TNI ku yang ke-68. Semoga semangat Kartika Eka Paksi (burung perkasa tanpa tanding), Swa Bhuwana Paksa (Sayap Pelindung Tanah Airku), dan Bhumcaya Jalesu Jayamahe (di darat dan di laut kita jaya) akan selalu berkobar dalam dada prajurit-prajurit TNI dalam membela kedaulatan tanah air Indonesia. Dan dengan keyakinan yang kuat, bahwa usaha-usaha membela tanah air akan sampai.

Arief Rahman Hakim
PTKP HMI FE USU
Manajemen 2012

Senin, 30 September 2013

Memperingati 48 Tahun Peristiwa Gerakan 30 September 1965/PKI


“Pantaskah PKI Diampuni?”, Ada seorang ahli sejarah yang sempat meneliti tentang kejadian yang menimpa bangsa kita di tahun 1965, mengatakan bahwa PKI merupakan dalang tunggal di balik pemberontakan keji terhadap keutuhan Pancasila. Gerakan 30 September (dahulu juga disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI), Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa yang terjadi selewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober 1965 di mana enam perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha percobaan kudeta yang kemudian dituduhkan kepada anggota Partai Komunis Indonesia. Pada 1 Oktober 1965 dini hari, enam jenderal senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana (Cakrabirawa) yang dianggap loyal kepada PKI dan pada saat itu dipimpin oleh Letkol. Untung. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto kemudian mengadakan penumpasan terhadap gerakan tersebut.

Soeharto adalah seorang prajurit TNI berpangkat cukup tinggi dan juga memegang salah satu jabatan penting dalam jajaran TNI sebagai Panglima Komando Strategi Angkatan Darat (Kostrad). Pada masa kepemimpinan Ir. Soekarno, Soeharto adalah seorang perwira tinggi yang tidak terlalu diperhitungkan. Itu juga menjadi penyebab tidak terteranya nama Soeharto dalam daftar 7 jendral yang menjadi target pembunuhan dalam pemberontakan PKI. 7 Jendral yang menjadi target operasi PKI:
Jendral TNI Anumerta Ahmad Yani, Letjen TNI Anumerta MT Haryono, Letjen TNI Anumerta S Parman, Letjen TNI Anumerta Suprapto, Mayjen TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo, Mayjen TNI Anumerta DI Panjaitan, Kapten Czi Anumerta Pierre Tendean.
 
Suasana negara saat itu benar-benar memburuk. Negara yang masih muda ini serasa berasa di titik paling bawah dari keterpurukannya. Perekonomian anjlok, harga bahan pangan menjulang, bahan pangan susah didapat dimana-mana, kerusuhan pecah di seluruh wilayah negeri ini. Beberapa elemen masyarakat melakukan aksi yang berbuntut dengan dicetuskannya Tritura (Tri Tuntutan Rakyat). Isi Tritura adalah:

1. Bubarkan PKI
2. Turunkan Harga
3. Bersihkan kabinet dari unsur-unsur G 30 S PKI

Aksi beberapa elemen masyarakat ini di awali dengan aksi yang digelar oleh mahasiswa yang menamakan dirinya Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang salah satu pendirinya adalah Akbar Tanjung (Presidium PB HMI). Di pelopori oleh organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), gerakan mahasiswa ini juga diikuti oleh elemen masyarakat lain seperti Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), dan lain-lain.Aksi-aksi inilah yang kemudian memicu pecahnya revolusi di negara ini. Semakin lama situasi negara semakin memburuk. Peranan HMI dapat dikatakan sangat besar dalam demonstrasi mahasiswa yang terjadi pasca-G30S/PKI. Hal ini disebabkan, karena HMI memegang seluruh pimpinan Dewan Mahasiswa di hampir seluruh perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Semua itu, sebagai akibat titik balik G30S/PKI, di mana HMI menjadi sasaran politik CGMI/PKI.
 
HMI sebagai sebuah organisasi mahasiswa islam dengan tegas menolak ideologi komunis yang bertolak belakang dengan semangat pancasila, terutama sila pertama. HMI menolak ideologi yang menentang adanya ketuhanan.  Hal ini yang mendorong HMI sangat mendukung pembubaran PKI itu sendiri. Sesungguhnya secara konsepsional maupun politis, PKI juga menghadapi berbagai kendala dalam melaksanakan manuver-manuvernya. PKI menuntut terhadap pembubaran HMI, yang ternyata juga tidak berhasil. Pada tanggal 29 September 1965, satu hari sebelum G30S/PKI, di forum Kongres CGMI (Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia, organisasi mahasiswa di bawah PKI), Ketua CC PKI DN Aidit mendesak Bung Karno untuk membubarkan HMI. Tetapi, baik Wakil Perdana Menteri Leimena maupun Bung Karno tidak bergeming menghadapi tuntutan DN Aidit dan CGMI. Bung Karno, bahkan mengatakan, bahwa CGMI pun akan dibubarkan, seandainya CGMI juga kontrarevolusi.

Kemarin 30 September, lantas hari ini? 
    Kalau hari ini anda menjawab hari selasa tanggal 1 Oktober 2013, anda benar dan sama sekali tidak salah. Namun mungkin anda lupa bahwa 48 tahun yang lalu terjadi tragedi yang melukai ideologi kita dalam berbangsa dan bernegara. Ya, 48 tahun yang lalu 7 Jenderal besar Indonesia gugur dalam upaya menegak kan ideologi bangsa yang kita sebut Pancasila. Ya, hari ini kita memperingati 48 tahun Hari Kesaktian Pancasila. Sebuah hari yang mungkin tidak anda rayakan dengan lomba balap karung ataupun makan kerupuk di lapangan. Namun sebenarnya, hari kesaktian Pancasila tidak kalah penting nya untuk diperingati seperti hari-hari besar lainnya di negara ini. Ingatlah bahwa kita berhutang pada sejarah yang membuat kita dapat tetap menjalankan keyakinan kita dengan sepenuh hati dan tanpa halangan suatu apapun. Hari ini, mari kita tundukkan kepala sejenak untuk mendoakan para pahlawan yang telah berkorban nyawa demi tegak nya Pancasila di bumi pertiwi.
 
“HMI tidak akan saya bubarkan, karna HMI adalah Organisasi pergerakan Mahasiswa yang progresif revolusioner ‘go ahead HMI’ ” – Ir. Soekarno

By: Arief Rahman Hakim
Manajemen 2012
PTKP HMI FE USU

Senin, 18 Februari 2013

PATRIOTISME


     Yang akan anda baca ini adalah sebuah review dari sebuah diskusi, yang membahas tentang pentingnya Patriotisme di meliki, setiap anak bangsa. Tema ini juga ditentukan melatarbelakangi hari pahlawan Indonesia, yang dahulunya seluruh strata masyarakat ikut terjun dalam mempertahankan negara ini.

     Patriotisme ini bukanlah barasal dari bahasa indonesia, kata tersebut terbagi antara “Patriot” dan “isme” makna pada bahasa Indonesia sesuatu  yang berarti sifat epahlawanan atau jiwa kepahlawanan. “Patriotism” dilihat dari bahasa Inggris, yang berarti sikap gagah berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara. Patriotisme adalah sikap yang bersumber dari perasaan cinta tanah air seperti semangat kebangsaan atau nasionalisme, sehingga menimbulkan kerelaan berkorban untuk bangsa dan negaranya. Nasionalisme dapat juga diartikan sebagai paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan negara (nation) dengan mewujudkan suatu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.

     Bertolak dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa nasionalisme adalah paham yang meletakkan kesetiaan tertinggi individu yang harus diberikankepada negara dan bangsanya, dengan maksud bahwa individu sebagai warga negara memiliki suatu sikap atau perbuatan untuk mencurahkan segala tenaga dan pikirannya demi kemajuan, kehormatan dan tegaknya kedaulatan negara dan bangsa.



     Patriotisme juga memiliki dua jenis tipe, yang pertama, Patriotisme Buta “Blind Patriotism” yaitu keterikatan kepada bangsa dan negara tanpa mengenal toleran terhadap kritik, seperti dalam ungkapan “right or wrong is my country”  yang maknanya benar atau salah, apapun yang dilakukan bangsa harus didukung sepenuhnya. Kedua Patriotisme Konstruktif “Constructive Patriotisme” yang maknanya adalah keterikatan kepada bangsa dan negara dengan tetap menjunjung tinggi toleran terhadap kritik, sehingga dapat membawa perubahan positif bagi kesejahteraan bersama.

     Bentuk perwujudan sikap patriotisme dapat dilaksanakan pada Masa Darurat seperti Perang, Sikap patriotism pada masa darurat  dapat diwujudkan dengan cara mengangkat senjata, ikut berperang secara fisik melawan penjajah, menjadi petugas dapur umum, petugas logistik, menolong yang terluka. Perwujudan di masa Damai seperti Pasca kemerdekaan, sikap patriotism pada masa damai dapat diwujudkan dengan cara menegakkan hokum dan kebenaran, memajukan pendidikan, memberantas kebodohan dan kemiskinan, meningkatkan kemampuan diri secara optimal, memelihara persaudaraan dan persatuan, dsb.

     Semangat kebangsaan “Nasionalisme dan Patriotisme” dapat diterapkan di lingkungan keluarga, Jiwa dan semangat patriotisme dapat ditanamkan dan dimulai di lingkungan keluarga, misalnya kita harus selalu berbuat baik kepada lingkungan kita untuk menjaga nama baik keluarga, meelstarikan ketenttraman  keluarga, emmbantu meringankan beban keluarga. Pada lingkungan sekolah  Berbagai macam tingkah laku atau kegiatan yang mengacu pada nilai kesopanan dan kebaikan, baik terhadap guru, karyawan maupun teman, mengikuti upacar dengan tertib. Menajdi anggota OSIS, menjaga nama baik sekolah, menjadi team olah raga, menghidnari tawuran pelajar, menjaga kebersihan dan ketertiban sekolah dan lain sebagainya. Untuk dalam lingkungan masyarakat dapat dilakukan dengan cara melalui sebuah Keteladanan, Pewarisan, Ketokohan, seperti ditumbuhkan dan dilaksanakan melalui menjaga keamanan lingkungan, menaikkan bendera di depan rumah pada hari besar nasional, membersihkan lignkungan, aktif dalam kegiatan desa dan ikut membela negara bila diperlukan.
Patriotisme pemuda Indonesia telah memiliki peranan penting dalam mengubah perjalanan sejarah bangsa. Mulai dari Sumpah Pemuda tahun 1928 hingga era reformasi 1998. Semuanya tak lepas dari peran pemuda pada saat itu. Semangat patriotisme generasi muda ini masih diperlukan kendati kemerdekaan Republik Indonesia telah memasuki usia yang ke 67 tahun

     Keberadaan pemuda memang penting bagi Bangsa Indonesia dalam rangka regenerasi serta upaya mewujudkan cita-cita bangsa. Untuk mencapai kondisi tersebut generasi muda Indonesia harus mempunyai jati diri yang sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa. Hal ini ditujukan supaya generasi muda tidak mudah terpengaruh oleh arus informasi global yang belum tentu bermanfaat dan sesuai dengan nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia. Namun demikian, pada saat ini arus informasi global melalui media teknologi informasi diserap dan dicontoh secara ”mentah-mentah” oleh generasi muda Indonesia.

     Seharusnya para pemuda indonesia menerapkan prinsip Student Today, Leader Tomorrow. Maksudnya pemuda harus terus belajar meningkatkan kualitas dirinya, sehingga kelak dapat menjadi pemimpin yang baik. Karena Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk jiwa patriotisme para generasi muda

     Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam lembaran sejarah bangsa, gerakan mahaiswa dalam sejarah di catat seperti 1980 Boedi Oetomo, 1928 Sumpah Pemuda, 1945  kelompok setudi, 1966  tumbangnya Rezim Orde Lama, 1947 Malari, 1978 Pemberlakuan Konsep NKK/BKK, 1990  dicabutnya konsep NKK/BKK, 1998 Reformasi Asyirwan Yunus; 2010.

PENERUNAN JIWA PATRIOTISME
     Banyak faktor yang mempengaruhi penurunan jiwa patriotisme pada kalangan generasi penerus bangsa Indonesia, diantaranya pengaruh globalisasi dan informasi, westernisasi budaya yang mengikis nilai-nilai budaya.

     Penyebab utama dari memudarnya semangat patriotisme dan kebangsaan dari generasi penerus bangsa terutama disebabkan contoh yang salah dan kurang mendidik yang diperlihatkan generasi tua atau kaum tua yang cenderung mementingkan kepentingan pribadi dan golongannya daripada mendahulukan kepentingan bangsa dan rakyat. Kaum tua juga tidak memberikan contoh sikap disiplin dan rasa tanggungjawab terhadap suatu apapun. Sehingga bentuk krisis dari figur teladan yang tidak lagi memberi contih ini, membuat para generasi muda malah kehilangan arah dan mencari jalannya masing-masing, yang pada akhirnya karakter anak bangsa dalam setiap generasi, menjadi followers yang tidak dapat memilah antara yang baik dan yang buruk.

KONDISI GENERASI MUDA INDONESIA HARI INI
     Sekarang ini generasi muda indonesia telah mengalami krisis kebangsaan.Hal itu dapat dibuktikan dengan banyaknya generasi muda yang saat ini telah berprilaku tidak sesuai dengan butir-butir pancasila. Sebagai contoh yaitu sekarang ini banyak generasi muda yang tidak bertaqwa kepada Tuhan YME. Kita lihat saja,sekarang ini banyak pemuda-pemudi muslim yang tidak memegang teguh agamanya dan syariah Islam.
Kemudian juga hari ini moral para pemuda bangsa indonesia juga dijajah melalui narkoba beredarnya video porno diinternet yang dapat diakses dengan mudah. Selain itu,model-model pakaian para generasi muda saat ini kebanyakan telah menyerupai bangsa barat yang dikenal modis dan meniru bangsa barat dan menghilangkan jati diri bangsa indonesia asli. 

    Dari kasus-kasus fakta diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa Jati Diri Pemuda indonesia saat ini sedang mengelami krisis. Karena Ideologi Pancasila sebagai salah satu ciri khas bangsa Indonesia saja sudah tidak mereka laksanakan sebagai pribadi mereka.
LAKUKAN SEMANGAT PATRIOTISME MULAI DARI DIRI SENDIRI…
INDONESIA TERBENTUK KARENA PEMUDANYA MEMILKI SEMANGAT PATRIOTISME

Minggu, 20 Januari 2013

Saling tuding ; banjir Jakarta, salah siapa?


    Curah hujan yang tinggi sejak hari Senin, 14 Januari 2013 akhirnya berujung banjir pada Kamis 17 Januari 2013. Hingga artikel ini diturunkan (Minggu, 20/1) air masih menggenangi sejumlah daerah di ibukota Jakarta. Sampai 27 Januari 2013 pemerintah DKI Jakarta telah menetapkan status tanggap darurat bagi bencana banjir yang melanda ibukota. Info dari Badan Nasional penanggulangan Bencana (BNPB) tercatat hingga hari ini ada 35 kecamatan yang menjadi lokasi banjir di Jakarta. Adapun jumlah titik tersebut merata di 5 wilayah Jakarta.


    Sebenarnya apa yang menyebabkan banjir besar kembali terjadi di ibukota? Menurut pakar air dari Universitas Indonesia (UI), Firdaus Ali,  yg dilansir dari www.kompas.com banjir salah satunya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi sejak awal bulan sehingga kondisi tanah menjadi jenuh dan proses penyerapan air tanah menjadi tidak maksimal. Selain itu kondisi drainase Jakarta yang buruk pun memperparah keadaan.

    Hingga saat ini korban tewas telah mencapai 19 orang. Ada yang tewas karena kesetrum, tenggelam, terjebak di basement gedung pencakar langit, dan meninggal di rumah sakit lantaran sudah kritis lalu rumah sakit mengalami mati listrik sehingga nyawa pasiennya tidak tertolong lagi.

    Sungguh memprihatinkan. Jakarta dengan segala keeksotisannya luluh lantak seketika ketika banjir menyerang. 19 orang meregang nyawa. Puluhan ribu masyarakat meninggalkan rumahnya yang terendam banjir lalu mengungsi di camp camp pengungsian. Seluruh aktivitas terhambat dan menyebabkan kerugian triliyunan.

    Greenomics Indonesia memperkirakan bahwa kerugian yang terjadi akibat banjir mencapai Rp 15 Triliyun. Kondisi tersebut didasarkan atas asumsi kedaruratan Jakarta akibat banjir dalam masa tanggap darurat selama 10 hari (17-27 Januari 2013) yang sudah barang tentu akan berdampak negatif pada sektor-sektor ekonomi dan perekonomian berbasis masyarakat.

    Siapa yang salah atas peristiwa ini? Saling tuding pun terjadi. Presiden mengatakan bahwa ketidakdisiplinan warga yang membuang sampah ke sungai adalah penyebabnya. Sementara sebagian warga masyarakat menganggap ketidakseriusan pemerintah dalam membangun infrastruktur dan pengerukan sungai lah yang menjadi alasan. Sebenarnya hal ini tidak perlu terjadi. Saling tuding seperti ini hanya akan menambah sentimen antar warga masyarakat kepada pemerintah.

    Yang menjadi sorotan masyarakat adalah gubernur DKI Jakarta yang baru beberapa bulan yang lalu dilantik, Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi. Pada banjir kecil yang sempat terjadi pada akhir Desember lalu di ibukota, Jokowi mengatakan bahwa banjir yang telah menjadi momok bagi warga ibukota sejak puluhan tahun yang lalu menjadi prioritas utamanya dalam memperbaiki ibukota. Namun ternyata tidak sampai 3 minggu setelah banjir kecil tersebut, banjir besar terjadi. Lalu salahkan Jokowi? Dinas PU DKI Jakarta sejak awal Januari sudah gencar memperbaiki sistem drainase. Tapi apa mau dikata, curah hujan yang semakin tinggi tak sanggup lagi ditanggulangi oleh sungai, bendungan, kanal, maupun drainase-drainase yang telah diupayakan pemerintah.

    Pada hakikatnya banjir merupakan masalah umum. Tanggung jawab atas terjadinya banjir tidak hanya terdapat di pundak pemerintah provinsi DKI Jakarta maupun pemerintah pusat. Saling tuding hanya akan membuat banjir terjadi lagi di masa-masa yang akan datang. Usulan Jokowi untuk membangun normalisasi sungai ciliwung dan waduk Ciawi dan Cimanggis yang disampaikan dihadapan Presiden dan juga Menteri pada pertemuan di camp pengungsi di Jakarta Timur pada hari ini juga tidak akan ada artinya jika setelah pembangunan selesai masyarakat kembali memadati sungai dengan sampah dan pembangunan pemukiman di DAS. Jadi seyogyanya memang masyarakat dengan pemerintah harus terus saling support jika ingin persoalan banjir ini tidak terulang lagi dikemudian hari.

      Bagi kita yang tidak tinggal di wilayah DKI Jakarta, ada baiknya kita selalu bersyukur kepada Tuhan bahwa Medan kota yang kita cintai tidak perlu menghadapi masalah sepelik ibukota Jakarta. Namun demikian, pengalaman merupakan guru terbaik. Pengalaman warga Jakarta dalam menghadapi banjir hendaknya kita jadikan momentum untuk semakin disiplin sebagai warga masyarakat. Budaya membuang sampah di sungai harus kita hapus serta mari kita galakkan penanaman pohon sehingga tanah tempat kita berpijak saat ini akan semakin baik menyerap air di kemudian hari.

Oleh : Rahmadina Agusti (http://www.facebook.com/dinaswaying?fref=ts)

Minggu, 06 Januari 2013

HIJRIYAH

    Masyarakat Arab sejak masa silam, sebelum kedatangan Islam, telah menggunakan kalender qamariyah. Mereka sepakat tanggal 1 ditandai dengan kehadiran hilal. Mereka juga menetapkan nama bulan sebagaimana yang kita kenal. Mereka mengenal bulan Dzulhijah sebagai bulan Haji, mereka kenal bulan muharam, safar, dan bulan-bulan lainnya. Bahkan mereka juga menetapkan adanya 4 bulan suci: Dzulqa’dah, Dzulhijah, Muharam, dan Rajab. Selama 4 bulan suci ini, mereka sama sekali tidak boleh melakukanpeperangan.

    Hanya saja masyarakat jazirah Arab belum memiliki angka tahun. Mereka tahu tanggal dan bulan, tapi tidak ada tahunnya. Biasanya, acuan tahun yang mereka gunakan adalah peristiwa terbesar yang terjadi ketika itu. Kita kenal ada istilah tahun gajah, karena pada saat itu terjadi peristiwa besar, serangan pasukan gajah dari Yaman oleh raja Abrahah.

    Tahun Fijar, karena ketika itu terjadi perang Fijar. Tahun renovasi Ka’bah, karena ketika itu Ka’bah rusak akibat banjir dan dibangun ulang. Terkadang mereka juga menggunakan tahun kematian tokohnya sebagai acuan, semisal; 10 tahun setelah meninggalnya Ka’ab bin Luai.

     Keadaan semacam ini berlangsung terus sampai zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Khalifah Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu. Ketka itu, para sahabat belum memiliki acuan tahun. Acuan yang mereka gunakan untuk menamakan tahun adalah peristiwa besar yang terjadi ketika itu. Berikut beberapa nama tahun di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
1. Tahun izin (sanatul idzni), karena ketika itu kaum muslimin diizinkan Allah untuk berhijrah ke Madinah.
2. Tahun perintah (sanatul amri), karena mereka mendapat perintah untuk memerangi orang musyrik.
3. Tahun tamhish, artinya ampunan dosa. Di tahun ini Allah menurunkan firmanNya, ayat 141 surat Ali Imran, yang menjelaskan bahwa Allah mengampuni kesalahan para sahabat ketika Perang Uhud.
4. Tahun zilzal (ujian berat). Ketika itu, kaum muslimin menghadapi berbagai cobaan ekonomi, keamanan, krisis pangan, karena perang khandaq.


    
     Namun kenapa yang pada awalnya disebut Qamariyah, berubah menjadi Hijriyah ?. hal ini di sebabkan oleh Hijrah-nya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah, yakni pada tahun 622 M. Tadi juga sudah disampaikan bahwa penghitungan berdasarkan peredaran bulan, yang dikenal dengan tahun qamariyah sudah sejak awal digunakan, namun pada saat itu belum adanya perhitungan tahun. Hijrahnya Nabi muhammad ke Madina yang di kenal pada saat itu sebagai Yastrib, pada saat Nabi Muhammad tiba dan disambut oleh kaum Anshar bertepatan pada 1 Muharram. Namun untuk penetapan Tahun Hijriyah dilakukan pada jaman Khalifah Umar bin Khatab, yang menetapkan peristiwa hijrahnya Rasulullah saw dari Mekah ke Madinah sebagai momentum Tahun 1 (satu) Hijriyah, pada saat itu pula berubahnya nama tahun ini.

     Di beberapa negara yang berpenduduk mayoritas Islam, Tahun Hijriyah sudah digunakan sebagai sistem penanggalan sehari-hari. Tahun Islam menggunakan peredaran bulan sebagai acuannya, berbeda dengan Tahun biasa (tahun Masehi) yang menggunakan peredaran Matahari.

     Untuk mengenal lebih mengenai tahun Qamariyah atau Hijriyah ini kita akan bahas bahwa penentuan dimulainya sebuah hari/tanggal pada Tahun Hijriyah berbeda dengan pada Tahun Masehi. Pada sistem Tahun Masehi, sebuah hari/tanggal dimulai pada pukul 00.00 waktu setempat. Namun pada sistem Tahun Hijriah, sebuah hari/tanggal dimulai ketika terbenamnya Matahari di tempat tersebut.

    Tahun Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan kalender lunar (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari).Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Hijriah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi.
Faktanya, siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam Tahun Hijriah bergantung pada posisi bulan, bumi dan Matahari. Usia bulan yang mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru (new moon) di titik apooge, yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi, dan pada saat yang bersamaan, bumi berada pada jarak terdekatnya dengan Matahari (perihelion). Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige (jarak terdekat bulan dengan bumi) dengan bumi berada di titik terjauhnya dari Matahari (aphelion). Dari sini terlihat bahwa usia bulan tidak tetap melainkan berubah-ubah (29 - 30 hari) sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (Bulan, Bumi dan Matahari).

    Tahun Hijriyah juga terdiri dari 12 bulan, dengan jumlah hari berkisar 29-30 hari. Penetapan 12 bulan ini sesuai dengan firman Allah Subhana Wata'ala: ”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS : At Taubah(9):36).

     Proses penentuan tahun ini pun melalui sebuah musyawarah. Khalifah Umar mengumpulkan beberapa sahabat senior waktu itu. Mereka adalah Utsman bin Affan r.a., Ali bin Abi Thalib r.a., Abdurrahman bin Auf r.a., Sa’ad bin Abi Waqqas r.a., Zubair bin Awwam r.a., dan Thalhan bin Ubaidillah r.a. Mereka bermusyawarah mengenai penetapan angka tahunan qamariyah. Ada yang mengusulkan berdasarkan milad Rasulullah saw. Ada juga yang mengusulkan berdasarkan pengangkatan Muhammad saw menjadi Rasul. Dan yang diterima adalah usul dari Ali bin Abi Thalib r.a. yaitu berdasarkan momentum hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke Yatstrib (Madinah). Maka semuanya setuju dengan usulan Ali r.a. dan ditetapkan bahwa tahun pertama dalam kalender Islam adalah pada masa hijrahnya Rasulullah saw. Sedangkan nama-nama bulan dalam tahun hijriyah ini diambil dari nama-nama bulan yang telah ada dan berlaku pada masa itu di wilayah Arab.
Adapun bulan dan jumlah hari dalam Tahun Hijriyah yaitu pertama bulan Muharram 30, Safar 29, Rabiul awal 30, Rabiul akhir 29, Jumadil awal 30, Jumadil akhir        29, Rajab 30, Sya'ban 29, Ramadhan 30, Syawal 29, Dzulkaidah 30, Dzulhijjah 29/30, Total 354/355.

     Untuk nama hari nya di dasari hitungan dari bahasa arab yaitu   Wahid - al-Ahad (Minggu), Isnaini -   al-Itsnayn (Senin), Salasa - ats-Tsalaatsa' (Selasa), Arba’a - al-Arba'aa / ar-Raabi' (Rabu), Khamisa - al-Khamsatun (Kamis), Jama’ah - al-Jumu'ah (Jumat), Sab’a - as-Sabat (Sabtu), namun ada hari jum’at yang berbeda dengan hari yang lain, karna tidak mengikuti angka seperti yang lain, jika kita menoleh ke sejarahnya hari jum’at menjadi hari di mana tidak adanya aktivitas kerja seperti hari minggu yang kita jalani saat ini, namun di isi bukan dengan kegiatan liburan dalam islam, namun hari Jum’ah ini menjadi hari berkumpulnya bersama Ummat Islam di saat itu, sehinnga di berilah nama Jumu’ah asal Jama’ah.

    Semua perhitungan mengenai Tahun Hijriyah memiliki dasar pemikiran yang menjadi landasan kuat, yang tersampaikan pada saat ini hanya sebagian kecil yang dapat di ungkap, padahal masih banyak rahasia-rahasia yang belum banyak kita ketahui alasan perbedaan antara tahun Hijriyah dan tahun Masehi, masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang harus diajukan untuk bisa memahami lebih dalam lagi, dan yang paling penting adalah bagai mana kita sebagai umat Islam menyikapi Tahun Hijriya ini, untuk menjadikan sebuah Momentum amalan shaleh.

     Bila ingin menelaah lagi kondisi Mekah saat itu tengah berada pada kondisi banyaknya acaman dalam beribadahnya umat islam, sehingga pada saat itu para petinggi kaum Quraisy ingin membunuh Rasulullah sebagai orang yang mengajarkan dan menyampaikan ajaran tersebut. Kondisi buruk itulah yang membuat Rasulullah meninggalkan Mekah. Namun bagai mana untuk saat ini kita mmenyikapinya, dengan situasi bebas ancaman untuk beribadah, apakah kita pula harus berpindah untuk merayakan momentum ini? Pastinya tidak seperti itu, namun tetaplah harus berhijrah, hijrah dari kondisi iman yang lemah menjadi iman yang kuat, hijrah dari amal buruk menuju amala baik untuk menjadi sebuah resolusi kedepannya. Oleh karna itu tidak perlu melakukan perayaan tahun baru yang lain seperti tahun baru Masehi, yang berada setelah tahun baru Hijriyah, karena pada umumnya perayaan tahun baru Masehi lebih cenderung pada akivitas yang tidak baik.

Medan, 24   Syafar   1434 H
              07  Januari  2013 M