Minggu, 01 Juni 2014

MENOLAK LUPA : REFORMASI APA KABAR NYA KINI?



    Yang akan anda baca berikut ini adalah hasil diskusi rutin HMI komisariat Ekonomi USU dalam me-refleksi semangat reformasi. 16 tahun lalu, sebuah tuntutan reformasi untuk menegak kan ideologi bernama demokrasi telah menyatukan hampir seluruh masyarakat Indonesia untuk sama-sama meroboh kan dinding tirani bernama orde baru. Para martir pun berguguran, demi terwujud nya kehidupan masyarakat yang lebih baik, pemerintahan yang transparan, dan kebebasan dalam menyuarakan aspirasi.

    Namun setelah 16 tahun berlalu, apakah semangat reformasi tersebut kini benar-benar sudah bisa di rasakan oleh semua masyarakat Indonesia?. Sudah kah masyarakat merasakan hidup yang lebih baik di banding kan pada zaman orde baru?. Apakah pemerintahan yang sekarang ini sudah transparan dan bebas dari segala bentuk KKN?. Apakah kebebasan ber-aspirasi sudah sejalan dengan semangat reformasi dan demokrasi yang dulu di suarakan?

    Sedikit me-refresh  memori kita mengenai peristiwa Mei 1998. Tahun 1998 menjadi satu catatan tersendiri dalam sejarah perubahan di Indonesia. Dilatarbelakangi krisis ekonomi yang berkepanjangan dan berlanjut menjadi krisis multi-dimensi, sebuah usaha perubahan sosial yang dimotori oleh gerakan mahasiswa yang didukung oleh kesadaran bersama dari para mahasiswaa. Momen ini kemudian berkembang menjadi suatu gerakan bersama yang menuntut perubahan dibeberapa bidang, khususnya sistem pemerintahan.

    Sejak pasca tahun 1966, ketika mahasiswa berhasil menjatuhkan orde lama, sejak saat itu mahasiswa seperti mengalami stagnansi dan ke-vakuman dari gerakan mahasiswa. Kondisi ini tidak lepas dari tindakan represif pemerintah yang berusaha menekan segala bentuk aksi dan gerakan mahasiswa. Stagnansi ini perlahan mencair ketika terjadinya krisis ekonomi asia pada tahun1997-1998 yang berdampak pada krisi multi-dimensial yang berkembang di tengah masyarakat. Ketidak percayaan lagi mahasiswa dan masyarakat dengan pemerintahan yang ada mendorong lahirnya aksi-aksi demonstrasi yang berujung pada lengsernya rezim orde baru pada 21 Mei 1998 (yang disayangkan adalah bahwa saat itu, mahasiswa dan rakyat terkesan berlaku layaknya bangsa “bar-bar” yang menebar kerusuhan dimana-mana, bahkan mungkin tidak tahu apa-apa, namun hanya ikut merusuh saja).

    Momen kenaikan harga bahan bakar minyak pada 2 Mei 1998 menjadi awal mula demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh mahasiswa dan juga rakyat. Pada 4 Mei 1998. Mahasiswa di Medan, Bandung dan Yogyakarta menyambut kenaikan harga bahan bakar minyak dengan demonstrasi besar- besaran. Demonstrasi itu berubah menjadi kerusuhan saat para demonstran terlibat bentrok dengan petugas keamanan. Di Universitas Pasundan Bandung, misalnya, 16 mahasiswa luka akibat bentrokan tersebut. Tindakan represif tersebut semakin menyulut amarah para demonstran lainnya, sehingga demonstrasi yang lebih besar pun semakin sering terjadi. Kemarahan demonstran menjapai puncak nya ketika pada 12 Mei 1998, aparat melakukan penembakan terhadap empat orang mahasiswa Universitas Trisakti di halaman kampus mereka sendiri. Melihat situasi yang sudah semakin memanas, dan juga di dasari atas semakin tidak stabil nya keadaan social-ekonomi Indonesia, maka pada hari kamis, tanggal 21 Mei 1998, presiden Soeharto di Istana Merdeka secara resmi mengundurkan diri sebagai presiden Republik Indonesia dan digantikan oleh wakil presiden B.J Habibie. Dengan demikian, berakhirlah rezim orde baru yang telah berkuasa selama 32 tahun di Indonesia.

     Salah satu tuntutan reformasi adalah penegakan demokrasi yang di tandai dengan pemilihan umum yang jujur, adil, dan rahasia. Pada 7 Juni 1999, dilaksanakan lah pemilihan umu pertama pasca reformasi yang diikuti oleh 48 partai politik yang mencakup semua spectrum arah politik (kecuali komunisme yang memang di larang di Indonesia). Pemilu ini juga merupakan pemilu terakhir yang diikuti oleh Provinsi Timor-Timur.

     Setelah 16 tahun ini berjalan, sudah kan reformasi ini sesuai dengan apa yang dicita-citakan dahulu?. Apakah masa demokrasi sekarang ini terasa lebih baik dari pada zaman orde baru?. Mari kita kaji dari beberapa aspek : 


Sosial
     Di zaman pemerintahan Orde Baru, kebijakan publik yang ada kurang memperhatikan kesejahteraan rakyat bahkan cenderung untuk kepentingan penguasa atau kelompok tertentu. Hal ini bukan membuat pembangunan merata tetapi menimbulkan kesenjangan sosial dan ketimpangan sosial di berbagai aspek kehidupan.

     Kondisi sosial masyarakat di masa reformasi bisa dikatakan cukup memprihatinkan. Banyak pengangguran akibat krisis moneter yang terjadi, akibatnya para pekerja menuntut kenaikan gaji disaat perusahaan mengalami kerugian. Pengangguran ini mengakibatkan timbulnya masalah kriminalitas di Indonesia meningkat drastis.


Ekonomi
     Kebijakan ekonomi di masa orde baru tidak mengalami perubahan yang signifikan dari masa orde baru. Ini dikarenakan stabilitas politik yang membuat pemerintah tidak melakukan perubahan terutama untuk anggaran negara. Kebijakan-kebijakan ekonomi pada masa orde baru dituangkan di Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN), yang selalu disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk dijadikan APBN. Pemerintah juga melakukan kebijakan deregulasi perbankan dan reformasi perpajakan agar dapat berinvestasi dalam pembangunan nasional. Tetapi langkah ini tidak terealisasikan sepenuhnya karena pemerintah terlalu bergantung pada uang pinjaman luar negeri.

    Pada masa reformasi, kebijakan untuk memperbaiki kestabilan ekonomi belum terlalu signifikan dilakukan. Ditambah lagi masalah KKN (korupsi, Kolusi dan Nepotisme), kinerja BUMN, pemulihan ekonomi, dan kurs rupiah yang merosot.

Politik
    Di masa orde baru, jumlah partai politik yang banyak ditata menjadi 3 partai besar (PPP, PDI, dan Golkar). Tetapi, penataan ini tidak membuat peran partai politik sebagai wadah penyalur aspirasi politik rakyat terjadi. Bahkan, peran partai politik sebagai wadah penyalur benar-benar nyaris mandul dan hampir tidak berfungsi.

    Kehidupan politik pada masa reformasi sudah cukup baik. Di masa reformasi, pemilu sudah dilaksanakan dengan memilih MPR, DPR, dan DPRD. Dilanjutkan, pemilu satu hari terbesar yang dimenagkan Susilo Bambang Yudhoyono.

Budaya
     Di masa orde baru, pemerintah membuat kebijakan yang mengharuskan masyarakat keturunan Cina harus mengubah nama Cina nya, melarang adat istiadat orang Cina dipertontonkan dan melarang semua kegiatan yang dianggap termasuk paham komunis.

    Pada masa reformasi, Gus Dur menghapuskan diskrimasi mengenai diskrimasi adat istiadat dan kebudayaan Cina. Tahun Baru Cina pun dijadikan hari libur nasional untuk menghormati warga keturunan Cina. Sikap pemerintah RRC yang dengan tegas menyatakan orang Tionghoa adalah warga Indonesia harus loyal kepada Indonesia, mengartikan bahwa mereka sangat senang dan merasa diskrimasi yang terjadi sudah hilang.

    Perbandingan diatas adalah beberapa aspek perbandingan yang menunjukkan bahwa tuntutan reformasi sedikit membawa dampak positif. Selain perbandian-perbandingan diatas, masih banyak perbandingan lain untuk mengukur sejauh mana demokrasi ini dapat menjadi sebuah system pemerintahan yang lebih baik dari zaman orde baru. Menurut beberapa survey, justru masyarakat cendrung merindukan kembali masa-masa zaman orde baru dulu. Hasil Survey Lingkaran Survey Indonesia (LSI) pada 1 - 5 Mei 2010 menunjukan 16,9 % responden masyarakat Indonesia menyatakan Era reformasi lebih baik dari Orde baru; sementara 44,5 % menyatakan kondisi di era orde baru justru yang lebih baik. Lalu, survei nasional Indo Barometer bertajuk “Evaluasi 13 Tahun Reformasi dan 18 Bulan Pemerintahan SBY-Boediono” menunjukkan, 40,9 persen responden mempersepsikan bahwa Orde Baru lebih baik dibandingkan Orde Lama maupun Orde Reformasi. Hanya setengahnya, atau 22,8 persen responden yang mengatakan bahwa Orde Reformasi lebih baik dibandingkan periode lainnya. Mungkin itu wajar, karna menurut saya, nikmat demokrasi hanya dapat di rasakan oleh orang-orang tertentu saja. Kenikmatan demokrasi dalam berpolitik, misalnya, hanya di nikmati oleh mereka yang punya uang dan keinginan untuk berkuasa. Panggung demokrasi juga dijadikan ajang bagi-bagi kekuasaan semata. Saling meng-kampanye hitamkan lawan politik sudah jadi hal yang biasa. Ini bukan lah merupakan pendidikan politik yang baik bagi masyarakat.

            Orde Baru tidak sepenuh nya buruk. Ada hal-hal yang dapat di contoh dari zaman Orde Baru, misalnya saja dalam segi ekonomi dan keamanan. Tinggal bagaimana pemerintah menguatkan system yang tegas, yang mengatur segala aspek tadi. Masyarakat luas juga harus berperan aktif dalam usaha mengisi zaman demokrasi saat ini dengan turut berperan aktif dalam mengawasi jalannya pemerintahan.



Arief Rahman Hakim
Ketua Bidang PTKP
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FE USU


Tidak ada komentar:

Posting Komentar